Pages

December 31, 2017

Nulis Ditahun Baru: Keluarga?

Keluarga. Kata-kata yang selalu digaungkan dalam berbagai macam kegiatan. Angkatan, almamater, supporteran, organisasi, keagamaan, koperasi, dan masih banyak lagi. “Kita semua itu satu keluarga” tidak cukup satu kali saya dengar. Ada kegiatan ini, ada kegiatan itu, berbagai macam penyelenggara, beragam tujuan acara, semuanya mengedepankan kekeluargaan.

Pendekatan spirit kekeluargaan memang tidak semuanya hanya bualan. Beberapa kali memang suatu perkumpulan memang membuat situasi yang menjadikan perkumpulan tersebut keluarga, tempat berkumpul bercanda bersama diluar kewajiban untuk mencapai tujuan. Tapi ada juga yang memabukan hingga memuakkan. Misal diharuskan semua anggota perkumpulan selalu bersama-sama tiap saat secara mengikat. Bisa juga semuanya harus satu rasa; seorang menderita, yang lainnya juga dibuat untuk merasakan penderitaan pula. Atau saking nyamannya dengan suatu perkumpulan, anggota-anggota berkumpul untuk sekedar buang waktu dengan bergossip, malah bisa juga menggossipkan satu sama lain?!

Lantas, apa sebenarnya arti kata keluarga itu sendiri?

ke.lu.ar.ga1 /kêluarga/


  1. n ibu dan bapak beserta anak-anaknya; seisi rumah: seluruh --nya pindah ke Bandung
  2. n orang seisi rumah yang menjadi tanggungan; batih: ia pindah ke Jakarta bersama --nya
  3. n (kaum --) sanak saudara; kaum kerabat: ia sering berkunjung ke Jakarta karena banyak --nya tinggal di sana
  4. n satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat

ke.lu.ar.ga2 /kêluarga/


  • n Komp serangkaian produk perangkat keras atau perangkat lunak yang memiliki beberapa sifat yang sama


Dalam organisasi (bisa apa aja sih, intinya sekumpulan orang yang memiliki tujuan bareng) pendekatan pengelolaan yang paling cocok memang kekeluargaan. Pastinya beda dari orang Jepang  dan AS misal yang orang-orangnya memiliki watak serta budaya yang mendorong mereka untuk to the point. Kenyamanan yang baru kemudian menumbuhkan kesetiaan memang yang paling nyambung dengan budaya Indonesia ya yang suka duduk ngobrol-ngobrol maem kacang, maem gorengan, ngrasani orang… sebenernya maksudnya menyerupai ‘keluarga’ beneran (iya yang bapak ibu anak, pengertian 1). Nah kalau memang menyerupai keluarga beneran, kok masih aja ada yang mengatasnamakan ‘kekeluargaan’ tapi malah nyleneh. Mungkin memang ada miskonsepsi dalam pikiranmu atau mungkin seluruh keluargamu tentang kekeluargaan itu sendiri hehe

Apa keluarga itu ke mana-mana harus selalu bareng nempel raket kaya jebakan lem tikus yang malah nangkep cicak? Well, ya jelas ngga kan ya? Ayah dan ibu bekerja, anak-anak sekolah, nanti kalau udah gede ya merantau (mungkin), menikah, jadi keluarga baru, dan ngga selama-lamanya si anak bareng sama orangtua mereka (hih walaupun sendirinya juga gakebayang kalau kaya gini gimana…) Mungkin secara fisik keluarga ngga selalu nempel terus; tapi pola pikir dan tindakan mereka tetap dekat buat fokus ke keluarga.

“Kalau satu orang menderita semua orang dipaksa buat menderita” Hm yha bukan seperti ini sih kalimat yang terucap, tapi beberapa kali kesannya malah memang yang lain ikut dibuat menderita tanpa ada permasalahan yang nyata. Heran juga kalau pola pikirnya gini berarti kalau misal si adek cerita kalau dia kesulitan ngerjain pr-nya, apa ya kamu liatin dia yang lagi kesusahan, liat pr matematika kelas 1 SD-nya terus kamu ikutan kesusahan, stress karena seolah-olah ngga bisa ngerjain juga? Yakan bisa dibantu to bapak-bapak, ibu-ibu. Kan dalam pelajaran kewarganegaraan kelas 1 SD juga diajarin buat saling membantu kan? Selain itu ada juga lagi. Kalau ada saudaramu yang atap rumahnya roboh nih, terus dia cerita kalau barang-barang di rumahnya basah semua kehujanan gara-gara hujan. Apa yo kamu harus ngerobohin atap rumahmu juga biar kamu tau gimana nggak enaknya jadi saudaramu itu? Gitu ya? Gitu?!

Terus yang paling epic ini ya Allah sampe kzl. Apa ya dalam keluarga yang ada dalam pikiranmu dan keluargamu yang sesungguhnya melakukan kegiatan setidakproduktif itu buat senang-senang aja? Keluarga juga pasti punya tujuan to yo, apalagi keluarga besar, pasti kan ada sesepuh yang perlu dikunjungi, ditemani, diladeni, didengarkan… jangan malah menghabiskan waktu cuma buat hura-hura ditambah lagi ngomongin anggota keluarga yang lain dibelakangnya. Dikira karena keluarga hal kaya gitu oke-oke aja? Wong sama orang yang ngga ada hubungan keluarga aja ngga dirasani, ini kok malah hihhh… gimana itu hayo bapak-bapak, ibu-ibu?

Keluarga, orang yang paling dekat dengan kita, secara darah biologis (ya paling jauh mbak/mas ipar deh kalau udah punya), meskipun sesibuk, sesotoy, sesokasik, bahkan sefreak apapun mereka pastikan ada rasa nyaman dan peduli kan sama mereka. Beda dengan organisasi atau kumpulan apapun itulah yang di’kondisikan’ agar terasa seperti keluarga agar dapat lebih mudah dan lanjar mencapai tujuan tertentu. Sebetulnya dalam keluarga beneran ngga perlu ada peraturan yang sebegitu mengikatnya. Hal yang harus diutamakan dalam keluarga itu ya mengerti dan mau dimengerti. Kalau yang ini beres yang lainnya pasti nanti ngikut

Kalau ada sesuatu yang ganjil dan ngga mengenakkan tanya. Kalau sudah dapat penjelasan, diproses dulu, berpikir jernih yang enak dulu sambil nge-teh kek maem gorengan kek, mencoba ngerti maksud dari penjelasannya. Udah? Kalau udah, buat dirimu sendiri mau dimengerti. Jelasin pertama-tama kamu mengerti atau ya paling enggak BERUSAHA memahami penjelasannya, baru terus sampaikan kenapa hal itu bikin mengganjal. Jangan langsung keukeuh sama apa yang dimau terus ngasih serangan argument dan pembelaan balik. 

dan memang ngga semua proses berjalan dengan lancar sih. Yakali mentang-mentang sedarah terus pikiran kalian jadi sama semua. Tolonk emangnya pengertian keluarga dalam dunia komputer?


begitulah, tiba-tiba pingin nulis di malam tahun baru
dari saya, yang anda bilang ‘sudah cukup besar untuk tau’

sitasi: matkul bispeng semester 1 buat intro, sisanya ya celoteh saya aja hehe

No comments:

Post a Comment