Pendekatan spirit kekeluargaan
memang tidak semuanya hanya bualan. Beberapa kali memang suatu perkumpulan
memang membuat situasi yang menjadikan perkumpulan tersebut keluarga, tempat
berkumpul bercanda bersama diluar kewajiban untuk mencapai tujuan. Tapi ada
juga yang memabukan hingga memuakkan. Misal diharuskan semua anggota
perkumpulan selalu bersama-sama tiap saat secara mengikat. Bisa juga semuanya
harus satu rasa; seorang menderita, yang lainnya juga dibuat untuk merasakan
penderitaan pula. Atau saking nyamannya dengan suatu perkumpulan,
anggota-anggota berkumpul untuk sekedar buang waktu dengan bergossip, malah
bisa juga menggossipkan satu sama lain?!
Lantas, apa sebenarnya arti kata keluarga
itu sendiri?
ke.lu.ar.ga1 /kêluarga/
- n ibu dan bapak beserta anak-anaknya; seisi rumah: seluruh --nya pindah ke Bandung
- n orang seisi rumah yang menjadi tanggungan; batih: ia pindah ke Jakarta bersama --nya
- n (kaum --) sanak saudara; kaum kerabat: ia sering berkunjung ke Jakarta karena banyak --nya tinggal di sana
- n satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat
ke.lu.ar.ga2 /kêluarga/
- n Komp serangkaian produk perangkat keras atau perangkat lunak yang memiliki beberapa sifat yang sama
Dalam organisasi (bisa apa aja
sih, intinya sekumpulan orang yang memiliki tujuan bareng) pendekatan
pengelolaan yang paling cocok memang kekeluargaan. Pastinya beda dari orang
Jepang dan AS misal yang orang-orangnya
memiliki watak serta budaya yang mendorong mereka untuk to the point. Kenyamanan yang baru kemudian menumbuhkan kesetiaan
memang yang paling nyambung dengan budaya Indonesia ya yang suka duduk
ngobrol-ngobrol maem kacang, maem gorengan, ngrasani orang… sebenernya maksudnya menyerupai ‘keluarga’ beneran
(iya yang bapak ibu anak, pengertian 1). Nah kalau memang menyerupai keluarga
beneran, kok masih aja ada yang mengatasnamakan ‘kekeluargaan’ tapi malah nyleneh. Mungkin memang ada miskonsepsi
dalam pikiranmu atau mungkin seluruh keluargamu tentang kekeluargaan itu
sendiri hehe
Apa keluarga itu ke mana-mana
harus selalu bareng nempel raket kaya jebakan lem tikus yang malah nangkep
cicak? Well, ya jelas ngga kan ya? Ayah dan ibu bekerja, anak-anak sekolah,
nanti kalau udah gede ya merantau (mungkin), menikah, jadi keluarga baru, dan
ngga selama-lamanya si anak bareng sama orangtua mereka (hih walaupun
sendirinya juga gakebayang kalau kaya gini gimana…) Mungkin secara fisik
keluarga ngga selalu nempel terus; tapi pola pikir dan tindakan mereka tetap
dekat buat fokus ke keluarga.
“Kalau satu orang menderita semua
orang dipaksa buat menderita” Hm yha bukan seperti ini sih kalimat yang
terucap, tapi beberapa kali kesannya malah memang yang lain ikut dibuat
menderita tanpa ada permasalahan yang nyata. Heran juga kalau pola pikirnya
gini berarti kalau misal si adek cerita kalau dia kesulitan ngerjain pr-nya,
apa ya kamu liatin dia yang lagi kesusahan, liat pr matematika kelas 1 SD-nya
terus kamu ikutan kesusahan, stress karena seolah-olah ngga bisa ngerjain juga?
Yakan bisa dibantu to bapak-bapak, ibu-ibu. Kan dalam pelajaran kewarganegaraan
kelas 1 SD juga diajarin buat saling membantu kan? Selain itu ada juga lagi.
Kalau ada saudaramu yang atap rumahnya roboh nih, terus dia cerita kalau
barang-barang di rumahnya basah semua kehujanan gara-gara hujan. Apa yo kamu
harus ngerobohin atap rumahmu juga biar kamu tau gimana nggak enaknya jadi
saudaramu itu? Gitu ya? Gitu?!
Terus yang paling epic ini ya
Allah sampe kzl. Apa ya dalam keluarga yang ada dalam pikiranmu dan keluargamu
yang sesungguhnya melakukan kegiatan setidakproduktif itu buat senang-senang
aja? Keluarga juga pasti punya tujuan to yo, apalagi keluarga besar, pasti kan
ada sesepuh yang perlu dikunjungi, ditemani, diladeni, didengarkan… jangan malah
menghabiskan waktu cuma buat hura-hura ditambah lagi ngomongin anggota keluarga yang lain dibelakangnya. Dikira karena keluarga hal
kaya gitu oke-oke aja? Wong sama
orang yang ngga ada hubungan keluarga aja ngga dirasani, ini kok malah hihhh… gimana itu hayo bapak-bapak,
ibu-ibu?
Keluarga, orang yang paling dekat
dengan kita, secara darah biologis (ya paling jauh mbak/mas ipar deh kalau udah
punya), meskipun sesibuk, sesotoy, sesokasik, bahkan sefreak apapun mereka
pastikan ada rasa nyaman dan peduli kan sama mereka. Beda dengan
organisasi atau kumpulan apapun itulah yang di’kondisikan’ agar terasa seperti
keluarga agar dapat lebih mudah dan lanjar mencapai tujuan tertentu. Sebetulnya
dalam keluarga beneran ngga perlu ada peraturan yang sebegitu mengikatnya. Hal yang
harus diutamakan dalam keluarga itu ya mengerti dan mau dimengerti. Kalau yang
ini beres yang lainnya pasti nanti ngikut
Kalau ada sesuatu yang ganjil dan
ngga mengenakkan tanya. Kalau sudah dapat penjelasan, diproses dulu, berpikir
jernih yang enak dulu sambil nge-teh kek maem gorengan kek, mencoba ngerti
maksud dari penjelasannya. Udah? Kalau udah, buat dirimu sendiri mau
dimengerti. Jelasin pertama-tama kamu mengerti atau ya paling enggak BERUSAHA
memahami penjelasannya, baru terus sampaikan kenapa hal itu bikin mengganjal. Jangan
langsung keukeuh sama apa yang dimau terus ngasih serangan argument dan
pembelaan balik.
dan memang ngga semua proses
berjalan dengan lancar sih. Yakali mentang-mentang sedarah terus pikiran kalian
jadi sama semua. Tolonk emangnya pengertian keluarga dalam dunia komputer?
begitulah, tiba-tiba pingin nulis
di malam tahun baru
dari saya, yang anda bilang ‘sudah
cukup besar untuk tau’
sitasi: matkul bispeng semester 1
buat intro, sisanya ya celoteh saya aja hehe